Sunday, April 6, 2014

Kami yang miskin



Rumah Sederhana Kami,   6 April 2014


Hal : Permintaan Pengertiannya

Kepada:
Yang Terhormat
Tuan Nyonya
Yang merasa Kaya, dan itu menjadi sesuatu yang harus dinilai dari dirinya.
Di
Tempat yang rasanya tempat yang lebih ok.

Dear Horang Kayah..
Bersama dengan surat ini saya memohon pengertiannya.

Uang memang segalanya, tapi gak segalanya butuh uang. Ini hanya informasi yang tak berguna, jadi sebaiknya sebelum membaca lebih lanjut, mending abaikan saja. TAPI walaupun demikian saya akan tetap melanjutkan menulis.


Tuan dan Nyonya yang terhormat, sekedar memberitahu, mengertilah atas kerendahan kami ini, selagi aku tak meminta padamu, bisakah aku merasa gak miskin? malah dengan memberikan sesuatu kepada anda, aku malah merasa lebih kaya, maaf jika saya menulis kalimat barusan jadi  kedengarannya seperti sok merasa kaya. Tak salahkan jika saya ingin merasa kaya juga? 

Saya tinggal di rumah sederhana kami, dan perlu anda ketahui, setiap malam rumah kami tak sebenderang lampu mewah, tapi setiap malam saya tak perlu takut rumah ini kemalingan, tak perlu merasa takut ada yang menguntit kamu saat semua tertidur lelap, tak perlu was-was diisengi orang saat berjalan sendirian. Rumahku Jelek tak berpagar empat meter, kami dan tetangga begitu nyaman bersapa, tanpa ada batas benteng ketakutan.

Kami tak begitu sibuk di luar meninggalkan rumah kami berhari-hari, rumah kami juga tak besar dan bukan sekedar untuk tempat tidur saja, rumah kami selalu ribut ada suara Bapak, Ibu dan kami anak-anaknya, dengan rumah sesederhana itu rugi rasanya untuk menyewa pembantu, terang saja kami tak perlu memarah-marahin si pembantu yang malang. kami tau itu malah membuat kami menjadi darah tinggi, di rumah ini, kami yang bekerjasama dan saling membantu melaksanakan tugas kami masing-masing sebagaimana keluarga sederhana lainnya. Seperti yang anda ketahui, rumah kami sangatlah sederhana, bahkan terlalu sempit karena setiap manusia yang menjadi anggota keluarga kami ada di setiap ruangnya. Kami memang belum punya segalanya, bukan berarti apa yg sekarang kami miliki bisa kalian ambil dan miliki juga. 

Salah satu kemewahan bagi kami adalah pendidikan, tapi tak semahal biaya hobi anda yang sangat wow.., bisa tamat SMA saja udah bangga, apalagi untuk dapat menyelesaikan kuliah itu adalah hal yang paling disyukuri, sampai orangtua kami begitu sangat bangganya, bahkan tak malu menceritakan hal ini ke tetangga sekitar, mengingat itu sering kami tercambuk keringat orangtua kami sendiri. Maaf atas kelancangan surat ini, kami sangat menyadarinya, pendidikan kami yang rendah, tak layak berbicara seperti ini, jangankan ngomong ketinggian, ngerendahin oranglain saja kami tak layak.

Orangtua kami mengajarkan kami makan secukupnya, Mungkin karena hal itu kami gak kenal kolesterol yang katanya adalah simbol kesuksesan.  hal yang tabu pula jika menyisakan sebutir nasi. tak perlu sibuk dan panik menjaga pola makan untuk menghindari penyakit berkelas, kami buth makan sebagai sumber tenaga peluh keringat, bukan untuk tenaga duduk-duduk. Menu makanan kami sangat kuno tapi ibu dan saudara perempuan kami yang baik selalu membuat makanan enak (menurut lidah kami) dengan banyak variasi, terus terang mana bisa saya tak merindukan ibu, mungkin masakan ibu kami tak selevel dengan makanan bapak yang bercita rasa internasional yang banyak ditemukan di restoran elite, kami tak tau tempat makan yang enak apalagi yang mewah, dipikiran bodoh kami ini, yang penting apa yang bisa dimakan dan tak kelaparan. 

Menjadi sebuah kebanggan mungkin buat para tuan dan nyonya untuk tidak sulit mendapatkan uang hanya dengan duduk-duduk, tapi kami hanya mahkluk terbatas, dan tak sanggup melakukan itu, kami harus kerja keras, untuk yang yang tak seberapa, uang yg ditabung utk makan, bersyukur dapat pendidikan yg layak, liburan pun hanya berkunjung ke tempat keluarga terdekat, tak apalah...

Kami tak bisa memanfaatkan waktu untuk uang, itulah bodohnya kami, karena waktu bagi kami bukanlah uang, tapi bercengkrama bersama keluarga, makanya kami sulit kaya. Mengertilah, jikapun apa yg saat ini kami banggakan itu rendah bagimu, itulah yang kami mampu. Kamipun sebenarnya tak layak bergaya atau meniru kalian, kami takut dibilang "sok kaya", tak pantas.. Ya mengertilah orang kayah yang terhormat, tak perlu membuat kami jadi semakin hina dan rendah.

Dari pelajaran hidup, bukankah pencapaian kebahagiaan kita sebenarnya sama: Hidup Layak, Keluarga yg bahagia, dan Harga diri..

Mungkin saya disini terlalu lancang dan sok bijak, ketahuilah karena semuanya pencapaian itu tak hanya bisa didapat dengan uang dan harta.  Maaf jika ada kata-kata yang salah, dan menyinggung perasaan tuan dan nyonya, mungkin ini atas rendahnya pendidikan saya, lebih kurang saya minta maaf sekali lagi, dan terimakasih mau melanjutkan untuk membaca surat yang gak penting ini.


Warm Regard,


Si Miskin

No comments:

Post a Comment