Friday, March 7, 2014

Anak Muda Batak dan Kritik Terhadap Adat

Bagi kebanyakan anak-anak muda Batak masa kini , khususnya yang telah dibesarkan di kota-kota besar, adat sudah tidak lagi relevan. Adat adalah bentuk kekolotan yang merupakan subordinasi dari budaya modern.

Adat adalah segala bentuk aturan hidup. Dan apa yang sering dimaksud dengan adat Batak adalah segala bentuk aturan hidup yang khas yang dilakoni orang Batak seperti ketika bertutur, bertingkah laku, berelasi, atau ketika menjalankan berbagai bentuk acara seremonial (kelahiran, pernikahan, memasuki rumah, kematian dsb). Dan sisi adat yang seringkali dianggap tidak lagi revelan bagi anak-anak muda terkait dengan acara seremonial (Upacara adat) dan ketidaksederajatan dalam hubungan antar posisi.

Upacara adat dalam hal ini adalah acara yang dilakukan pada momen-momen khusus seperti perkawinan (marhajabuan), kematian (hamatean), menggali tulang-belulang leluhur (mangongkal holi), kelahiran (mangharoan), kehamilan (mangganje), pemandian dan pemberian nama (martutu aek dan mampe goar), memasuki rumah (mangampoi jabu), menyulangi orang tua (manulangi). 

Anak Muda Batak (sumber: Kapanlagi.com)

Banyak anak muda batak masa kini yang kemudian mempertanyakan manfaat acara adat itu sendiri secara fungsional. Acara adat sering dianggap ajang menghabiskan uang, karena misalnya saja sebuah pesta "mengadati" dapat menghabiskan puluhan bahkan ratusan juta dalam sehari. Bahkan tidak jarang sering berakhir dengan percekcokan karena hal-hal sepele, seperti pembagian jambar yang dirasa tidak tepat. Hal tersebut menjadi alasan mengapa adat itu tidak lagi relevan sehingga tidak perlu dipertahankan. Seperti halnya komentar seorang anak muda Batak dalam blognya
“gw mikir, gimana caranya biar ntar pas gw merit misalnya pun harus pake acara adat batak yang sampe sekarang ga pernah gw ngerti tapi gw bisa tetep enjoying my party. Masih ada ga yah kemungkinan acara adat batak itu di buat jauh lebih sederhana sekali sehingga ga memakan waktu sedemikian lama dan bisa berjalan secepat resepsi perkawinan biasa? (am i asking too much??)”

Sebenernya saya sampe sekarang belum ngerti apa esensi dari semua acara adat batak itu, dan gw juga ga tau yang mana yang syarat cukup atau syarat perlu dan bagian mana yang bisa di hilangkan, teruss..bagian mana yang sekedar karena ‘dari dulu juga bgitu’. Gw ga tau gimana adat perkawinan suku lain, apakah ada yang agak komplain dengan acara2 adat ini seperti gw melihat acara adat orang batak?”


Sehingga banyak anak-anak muda, yang kritis, mempertanyakan manfaat dari sebuah acara adat. Ketika tidak menemukan jawaban maka ia memutuskan untuk lagi tidak menjalankan ruwetnya acara adat tersebut. ...(bersambung)

Original : Moan Sipayung


No comments:

Post a Comment