Bagi
kebanyakan anak-anak muda Batak masa kini , khususnya yang telah dibesarkan di
kota-kota besar, adat sudah tidak lagi relevan. Adat adalah bentuk kekolotan
yang merupakan subordinasi dari budaya modern.
Adat
adalah segala bentuk aturan hidup. Dan apa yang sering dimaksud dengan adat
Batak adalah segala bentuk aturan hidup yang khas yang dilakoni orang Batak
seperti ketika bertutur, bertingkah laku, berelasi, atau ketika menjalankan
berbagai bentuk acara seremonial (kelahiran, pernikahan, memasuki rumah,
kematian dsb). Dan sisi adat yang seringkali dianggap tidak lagi revelan bagi
anak-anak muda terkait dengan acara seremonial (Upacara adat) dan
ketidaksederajatan dalam hubungan antar posisi.
Upacara adat dalam hal ini adalah acara yang dilakukan pada momen-momen khusus seperti perkawinan (marhajabuan), kematian (hamatean), menggali tulang-belulang leluhur (mangongkal holi), kelahiran (mangharoan), kehamilan (mangganje), pemandian dan pemberian nama (martutu aek dan mampe goar), memasuki rumah (mangampoi jabu), menyulangi orang tua (manulangi).
Anak Muda Batak (sumber: Kapanlagi.com)
Banyak
anak muda batak masa kini yang kemudian mempertanyakan manfaat acara adat itu
sendiri secara fungsional. Acara adat sering dianggap ajang menghabiskan uang, karena
misalnya saja sebuah pesta "mengadati" dapat menghabiskan puluhan
bahkan ratusan juta dalam sehari. Bahkan tidak jarang sering berakhir dengan
percekcokan karena hal-hal sepele, seperti pembagian jambar yang dirasa tidak
tepat. Hal tersebut menjadi alasan mengapa adat itu tidak lagi relevan sehingga
tidak perlu dipertahankan. Seperti halnya komentar seorang anak muda Batak
dalam blognya
“gw mikir, gimana caranya biar ntar pas gw merit misalnya pun harus pake acara adat batak yang sampe sekarang ga pernah gw ngerti tapi gw bisa tetep enjoying my party. Masih ada ga yah kemungkinan acara adat batak itu di buat jauh lebih sederhana sekali sehingga ga memakan waktu sedemikian lama dan bisa berjalan secepat resepsi perkawinan biasa? (am i asking too much??)”
Sebenernya saya sampe sekarang belum ngerti apa esensi dari semua acara adat batak itu, dan
gw juga ga tau yang mana yang syarat cukup atau syarat perlu dan bagian mana
yang bisa di hilangkan, teruss..bagian mana yang sekedar karena ‘dari dulu juga
bgitu’. Gw ga tau gimana adat perkawinan suku lain, apakah ada yang agak
komplain dengan acara2 adat ini seperti gw melihat acara adat orang batak?”
Sehingga
banyak anak-anak muda, yang kritis, mempertanyakan manfaat dari sebuah acara
adat. Ketika tidak menemukan jawaban maka ia memutuskan untuk lagi tidak
menjalankan ruwetnya acara adat tersebut. ...(bersambung)
Original : Moan Sipayung
Sumber: moanbb.blogspot.com
No comments:
Post a Comment